Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Januari, 2014

Menantikan Dia dalam pengharapan

Khotbah pada Minggu 1 Adven disampaikan di GKI Halimun Jakarta, Minggu, 3 Desember 2023 dari bacaan Alkitab:  Yesaya 64:1-9; Mazmur 80:1-7, 17-19;  1 Korintus 1:3-9; Markus 13:24-37 Adven atau lengkapnya Adventus adalah bahasa latin. Artinya kedatangan. Kita merayakan adven, kedatangan. Kedatangan Tuhan Yesus kembali pada akhir zaman. Nanti akan tiba saatnya, Tuhan Yesus akan memeriksa keseriusan hidup kita yang sudah diselamatkan dari cengkeraman kuasa dosa. Tuhan Yesus akan memimpin dunia ini dengan menghadirkan Langit yang baru dan Bumi yang baru .  Yerusalem baru . Dunia di mana kuasa-kuasa dunia yang jahat, yang dilambangkan seperti benda-benda langit akan kalah dengan kuasa kebaikan Kristus.   Maka pesan penting dari minggu-minggu adven adalah, kalau diungkapkan dengan pertanyaan untuk diri sendiri:“ "Apakah aku serius dengan imanku?”" Apakah aku serius ikut Tuhan Yesus?” “Apakah hidupku mau dibuat menjadi baru karena kuasa Roh Kudus sesuai kehendak kas...

Yang Ilahi dan Yang Dibenci

“I really only love God as much as I love the person I love the least.” Terjemahan bebas oleh saya, “Saya benar-benar mengasihi Allah, sebesar kasih saya kepada orang yang sedikit saya cintai”. Ini adalah kata-kata bijak yang diungkapkan oleh Dorothy Day, seorang jurnalis yang berubah menjadi aktivis sosial dan anggota Gereja Katolik Roma yang taat. Saya sungguh termakan oleh kata-kata ini. Sebab, Dorothy dengan tegas menyamakan kasih kepada yang ilahi dengan tindakan kasih yang sudah dilakukan kepada sesama manusia. Seberapa besar kasih kepada orang lain, sedemikianlah menurutnya kasih yang (sebenarnya) hadir untuk Yang ilahi. Jika saya belum mampu mengasihi orang yang saya benci -saat kasih, kepedulian, pengampunan saya menjadi begitu kecil untuknya- sedemikian juga adanya kasih saya untuk yang tidak terlihat, Yang Maha Besar, Yang Ilahi.

Alkitab Lisan

Alkitab, sebagaimana namanya, al-kitab: kitab suci, hampir melulu dikenal dalam bentuk tulisan. Tetapi tidak selalu mesti begitu. Sebab adakalanya bagi orang yang buta huruf, atau orang yang tidak lagi memiliki pengelihatan yang baik, Alkitab dalam bentuk tulisan hampir tidak lagi dapat dinikmati. Banyak para ahli kitab suci berpendapat bahwa pada awalnya, sebelum berbentuk tulisan, kekayaan hikmat ilahi yang bermanfaat untuk mengajar, menyatakan kesalahan, memperbaiki kelakuan, mendidik orang dalam kebenaran, supaya mereka mantap melakukan perbuatan baik itu, (2 Tim. 3:16-17) justru diawali melalui tradisi bertutur secara lisan yang diteruskan dari generasi ke generasi. Baru kemudian, manakala tradisi menulis sudah tidak terlalu asing, munculah kitab demi kitab yang ada di dalam Alkitab itu. Tentu dengan rupa-rupa versi salinan, sebab belum ada mesin cetak pada waktu itu. Saat tulisan ini ditulis, sebagian besar komunitas Kristiani di Indonesia menerima Alkitab tulisan yang ...